Kirab Pusaka Malam 1suro Keraton Surakarta, Kota Solo, Jawa Tengah, di adakan pada hari minggu (7/7/2024). Kali ini, acara kirab digelar sebelum tengah malam sekitar pukul 11.30 WIB. Biasanya rombongan kirab mulai berjalan pada pukul 00.00 WIB.
Masyarakat Kota Solo yang memadati rute kirab, titik paling ramai berada di Bundaran Gladag-Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Mayor Kusmanto, hingga Jalan Kapten Mulyadi. Bahkan saat mencoba mencari tempat melihat kirab di bundaran Gladag sampai Jalan Jendral Sudirman, kondisinya sudah seperti lautan manusia.
Tidak ada celah sama sekali untuk menyaksikan kirab karena terhalang oleh orang-orang yang memadati rute kirab. saya akbiranya bisa mendapat tempat melihat kirab setelah berjalan terlebih dahulu ke Jalan Multadi, tepatnya sebelah timur Bentang Vastenburg.
BACA JUGA: Desa Wisata Pulo Sibandang di Sumut, Terbentuk dari 3 Desa
Tujuh Kerbau bule
Tidak disangka, ternyata rombongan kirab sudah melintasi di Jalan Kapten Multayadi sekitar 11.45 WIB. Saat itu, tampak di depan mata kerbau (kebo) bule yang menjadi cucuk lampah atau pemimpin pasukan.
Total ada tujuh kerbau berwarna putih yang melintas, terdiri dari 6 kerbau dewasa dan satu anakan. Kerbau in bukan kerbau biasa. Selain warnanya putih, kerbau ini juga merupakan pusaka koleksi Keraton Surakarta Hadiningrat.
Sebelum Kerbau melintas, petugas keamanan meminta masyarakat yang menonton untuk menepi. Mereka yang berbaju merah dilarang berada di depan, dan jangan memakai kain seperti sarung.
Kerbau ini memiliki daya tarik Kirab Pusaka Malam 1 Suro Keraton Surakarta. Banyak orang yang rela menunggu untuk bisa menyaksikannya seperti Setiawan (34), yang datang bersama anaknya.
“Kesini ingin lihat kerbau bule. Ingin menunjukan ke anak juga kerbau bulenya,” kata dia kepada saya sebelum rombonogan kirab melintas.
Ratusan peserta kirab
Setelah kerbau melintas, peserta kirab lainnya menyasul. Ada ratusan orang yang menjadi peserta dengan diiringi keamanan dari polisi hingga perguruan silat, seperti Persatuan Setia Hati Terate.
Peserta kirab mengenak pakaian adat berupa beskap hitam bagi laki-laki dan kebaya bagi perempuan. Mereka berjalan tanpa alas kaki menyusuri rute kirab tanpa berbicara karena sedang melakukan laku tapa bisu. Rombongan kirab dibagi menjadi beberapa kelompok, sesuai dengan jumlah beda pusaka yang dikirab.
tampak di depan mata benda pusaka ang dikirab. Bentuknya memanjang semacam tombak. Setiap beda pusaka diiringi lampu ting, simbol lampu obor yang dibawa sahabat ketika menjemput Rasulullah SAW usai menerima wahyu di Jabal Nur.
Rombongan mengular begitu panjang. butuh waktu sekitar setenagh jam sampai seluruh rombongan selesai melintas.