Pada 31 Tahun lalu, teapt pada tanggal 19 Oktober 1987, terjadi sebuah peristiwa kecelakaan yang sangat mengenaskan. Kecalakaan pada 31 tahun lalu ini melibatkan 2 kereta api, tepatnya pada lokasi Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan. Pada kemudian hari, orang mengenalnya sebagai Tragedi Bintaro Jilid 1. Karena pada 26 tahun kemudian, di tanggal 9 Desember 2013, kecelkaan kereta api tersebut kembali terjadi. Kecelakaan tersebut mengulang pada lokasi yang hampir berdekatan dengan tragedi Bintaro 1.
Ini menjadi salah satu musibah yang palung buruk dalam sejarah kereta api Indonesia. Hal ini banyak menjadi perbincangan publik.
Tepat 31 Tahun Bintaro Menjadi Tragedi Sejarah Kereta Api Indonesia
Awal dari peristiwa ini adalah kelapa stasiun serpong membrangkatkan KA 225 dengan jurusan ke Rangkasbitung-Jakarta kota ke Stasiun Sudimara. Padahal pada saat kejadian tersebut jalur KA Sudimara hanya punya 3 jalur saja. Yang 2 diantaranya sudah di isi oleh kereta api lainnya. Gerbong kereta api yang mengisi adalah KA Indocement yang akan pergi ke Jakarta dan gerbang tanpa lokomotif.
Jurusan KA 225 dengan tujuan ke Ranglasbitung-Jakarta kota telah sampai di stasiun pukul 06.54 WIB. Dan akan bersilang pada KA 220 cepat jurusan Tanah Abang-Merak di Stasiun Kebayoran.
Yang artinya KA 220 harus mengalah dan menunggu di Stasiun Kebayoran. Namun ketua perjalanan kereta api kebayoran tak ingin mengalah dan tetapi memberangkatkan KA220.
Pada saat bersamaan, KA 225 juga segera berangkat dari stasiun Sudimara karena salah tafsir. Rencananya, KA 225 akan segera di langsir pada 3 jalur masinis. Dan mereka tak melihat semboyan yang telah diberikan karena penuhnya penumpang lokomotif.
Namun masinis kereta tersebut malah bertanya kepada penumpang “Berangkat?” dan penumpang pun segera menjawab “Berangkat!!”.
Setelah berangkat, tak lama kecelakaan mengerikan inipun terjadi. Diantara Stasiun Pondom Ranji dan pemakaman Tanah Kusir. Pada sebelah Utara Sekolah SMA Negeri 86 Bintaro.
Pada dekat tikungan melengkung Tol Bintaro, tepatnya di lengkungan “S”. Berjarak sekitar 200 meter setelah palang pintu pondok Betung dan kurang lebih dari 8 km sebelum stasiun Sudirman.
Kedua kereta tersebut hancur dan pecah. Dan kedua lokomotid dengan seri B303 16 ini rusak berat. Jumlah korban jiwa meninggal sebanyak 156 orang serta ratusan penumpang lainnya luka-luka.