Sejarah hari ini mencatat peristiwa kelam jelang turunnya Presiden RI Soeharto. Pada 12 Mei 1998, empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas ditembak oleh aparat ketika berdemonstrasi menuntut reformasi. Kasus penembakan ini menjadi salah satu pemicu kerusuhan besar di Jakarta pada 13 hingga 15 Mei 1998. Selain tragedi berdarah reformasi, 12 Mei juga mencatat sebagai peringatan Hari Perawat Nasional.
Pada 12 Mei 1998, demonstrasi yang dilakukan Trisakti berlangsung tertib dan damai sampai sore hari. Namun langkah mereka menuju ke gedung DPR/MPR RI dihadang oleh aparat. Saat itulah, ketika massa aksi berniat mundur tiba-tiba petugas menembakkan gas air mata dan tembakan senjata api dari para penembak jitu.
Mahasiswa Trisakti yang bernama Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidi Royan, dan Hendriawan Sie meninggal akibat tembakan peluru tajam yang mengenai kepala, tenggorokan, dan dada.
Tewasnya empat mahasiswa Trisakti menjadi memicu gelombang demonstrasi mahasiswa semakin besar di berbagai kota, dan memicu kerusuhan di Jakarta, Solo dan beberapa kota lainnya.
Seorang mahasiswa jatuh tergeletak terkena pukulan pasukan anti huru-hara yang berusaha membubarkan aksi unjuk rasa menuntut Presiden Soeharto mundur di depan Kampus Trisakti, Grogol, Jakarta, 12 Mei 1998. Pada aksi tersebut empat mahasiswa Trisakti tewas terkena tembakan. Namun hingga saat ini, kasus tertembaknya mahasiswa Trisakti itu masih belum terungkap meski Komisi Nasional HAM telah merekomendasikan untuk dilakukan pengusutan
Latar Belakang dan Penyebab Tragedi Trisakti
Mahasiswa melakukan aksi demonstrasi besar-besaran menuju ke Gedung Nusantara, salah satu gedung utama MPR/DPR RI di Jakarta. Termasuk di antaranya adalah mahasiswa Universitas Trisakti. Para mahasiswa menuntut tanggung jawab pemerintah atas terjadinya krisis ekonomi terhadap Indonesia pada awal 1998 yang dipengaruhi krisis finansial Asia 1997-1999.
Para mahasiswa melakukan aksi damai dengan berjalan dari kampus Trisakti ke Gedung Nusantara pada pukul 12.30 WIB. Namun, aksi mereka dihambat oleh blokade Polri dan militer. Beberapa mahasiswa lalu mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.
Mahasiswa pun akhirnya mundur pada pukul 17.15 WIB seiring aparat keamanan bergerak maju. Aparat keamanan lalu menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Kerumunan mahasiswa yang panik lalu berpencar, sebagian besar berlindung di kawasan Universitas Trisakti. Di saat ini, aparat keamanan terus melakukan penembakan.
Demo dan kerusuhan ini berhasil melengserkan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya pada 21 Mei 1998. Wakil presiden saat itu, BJ Habibie kemudian diangkat menjadi Presiden ketiga RI.
Pihak aparat membantah dengan adanya penggunaan peluru tajam, tetapi hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam. Hasil sementara saat itu memprediksi bahwa peluru tersebut hasil dari pantulan peluru tajam dari tanah untuk tembakan peringatan.